The tree which never change in form call evergreen. In every season it will stay just like that. Stay green in colour, stay alive and strong.  When the snow closed the leafs, it don’t mind. When the rain touched the body, it only stayed calm down. When the sun shine very hot, the leaf never change into brown colour. And when the win touched its very fast, it only moved for while to adapted the situation.

Our relationship also same like that. Our relationship is evergreen, stay strong and hot. It’s will stay forever until we die. Never change in act also mind eventhough sometime we feel pain in our real life. Pain because of work also anything else. And eventhough we doubt about manything, but we feel lonely when one of us didn’t say hello.

The commitment about care in every situation make us need each other. We full fill about sadness and happiness. We have room to grow and every day there much to learn. We can enjoy and have some fun. We always depend on other in order to tell whole.

Instead we must look inside to recognize our own worth, and all we can do with knowledge that ‘evergreen’ make the dream come true.

Di saat aku ingin berangkat sekolah, aku malas untuk sekolah karena aku mengantuk dan aku saat di malam hari aku tidur jam 10.00 malam .Di sekolah aku sedang belajar sesuatu. Di jam terakhir, aku ingin pulang untuk main GO (Game Online) karena pengen lv up-in karakternya.

Setelah akan pulang aku baru ingat kalau aku harus ulangan susulan Matematika. Setelah selesai ulangan susulan Matematika, aku bersiap-siap untuk pulang dan main GO. Saat aku tunggu kakakku bimbel (bimbingan belajar), tiba-tiba kakakku sudah selesai dan ibuku sudah menjemputku. Lalu ibuku menceritakan tentang mobil kami. Kuncinya ada didalam mobil dan mobilnya sudah terkunci. Lalu aku merasa sangat kaget. Lalu aku menunggu di Gipsy dan ibuku menelpon ayahku supaya ia menjemputku.

***
Malam itu, dalam suasana yang masih tegang dan lelah, anak kedua saya menghampiri komputer dan tiba-tiba membuka program Microsoft Word. Ternyata dia ingin mencurahkan semua pengalamannya sepanjang hari itu. Judul dan beberapa baris kalimat diatas itulah hasilnya.

Seperti yang anak saya ceritakan, pengalaman buruk itu baru pernah kami alami dan berakhir dengan kepanikan seluruh anggota keluarga. Anak kunci masih tergantung di-starter-nya dalam keadaan mobil terkunci. Kami bertiga terjebak ditengah derasnya hujan sampai malam dan tidak bisa pulang seperti biasanya karena harus mencari cara dahulu untuk membuka pintu mobil.

Sebelum kejadian itu, saya sempat tertidur setelah melakukan beberapa pekerjaan di rumah dan ketika bangun saya terkejut karena waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB.

“Aduh, saya terlambat menjemput anak-anak,” gumam saya panik.

Dengan tergesa-gesa saya mengambil kunci mobil kemudian mengendarainya dalam kecepatan 70 km/jam di jalan biasa. Hal yang saya pikirkan waktu itu adalah saya harus sampai secepat mungkin. Anak-anak pasti merasa cemas jika saya datang terlambat.

Setelah sampai di sekolah, tanpa sempat berpikir lagi saya tergesa-gesa melakukan kegiatan rutin sebelum beranjak keluar dari mobil. Mencari tempat parkir terdekat, memarkirnya, mematikan musik, mematikan mesin, menekan knop pengunci dari dalam di setiap pintu mobil, mengambil tas serta payung dan terakhir menarik handle kemudian membanting pintu mobil.

Ketika saya beranjak pergi dari mobil, saya tersentak dan merasa ada sesuatu yang tertinggal di dalam mobil. Akhirnya saya kembali dan mendekati jendela kemudian mengintip kedalamnya.

“Oh, anak kunci masih menggantung di starter!” teriak saya seorang diri dengan wajah pucat karena selama ini kunci cadangannyapun telah hilang.

Segera saya temui kedua anak saya yang sudah menanti di ruang tunggu sekolah dan menceritakan semuanya. Mereka sedikit terkejut namun masih bisa menahan diri bahkan mengajak saya ke wartel terdekat untuk memberitahukan kejadian ini kepada ayahnya. Ayahnya menyetujui usul untuk menjemput kami.

Mobil kami tidak menggunakan central lock karena rusak dan belum sempat diperbaiki. Akhirnya kami menguncinya secara manual. Ternyata mengunci secara manual ini banyak kelemahannya. Salah satunya yaitu kunci mobil bisa tertinggal didalam.

Bagi kalangan sopir kejadian seperti ini sudah sering dialami, oleh sebab itu saya memilih mereka yang berada disekitar mobil saya, untuk membantu kesulitan saya.

Hanya dua alat bantu yang mereka butuhkan yaitu kawat yang agak kuat sepanjang +/- 60 cm dan penggaris besi atau plastik sepanjang 50 cm. Penggaris saya beli di toko buku dan kawat saya cari di gudang sekolah.

Setelah kedua benda itu tersedia, salah satu sopir jemputan sekolah menghampiri pintu depan mobil saya. Pertama, dia menciptakan ruang untuk bisa menyentuh kawat-kawat pengunci yang ada di dalam pintu depan (doortrim), dengan membuka karet di tepi-tepi kaca pintu.

Kedua, dimasukkannya penggaris dan kawat yang ujungnya sudah dibengkokkan itu kedalam doortrim kemudian dia “mengutak-atik” kawat di balik doortrim agar bisa terangkat. Ternyata sampai tahap ini dia mengalami kesulitan karena tidak mampu menyentuh kawat-kawat pengunci.

Meskipun terlihat mudah, namun pada praktiknya memang agak sulit. Perlu pengalaman dan pengetahuan yang komprehensif mengenai jenis mobil dan tipe penguncian yang digunakan. Sebab setiap mobil mempunyai karakteristik tersendiri. Usaha yang cukup memakan waktu ini berakhir dengan kegagalan.

Anak-anak mulai kelelahan dan ketika saya angkat kepala, nampak awan mulai berubah warna menjadi kehitaman, kemudian turun hujan yang sangat deras. Kami menggigil kedinginan. Suasana disekitar kamipun sudah sunyi senyap. Saat itu suami saya datang menjemput. Akhirnya kami semua memutuskan untuk meninggalkan mobil ini satu malam di lapangan parkir sekolah.

Meskipun agak khawatir mobil ini raib dicuri orang, namun dalam keadaan terdesak kami semua hanya bisa menitipkannya pada satpam sekolah dan tak lupa kami berdoa bersama agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Keesokan harinya ketika udara segar menyapa, pikiran kami menjadi lebih jernih. Timbullah gagasan untuk meminta tolong tehnisi di bengkel mobil yang biasa melayani sound system.

“Tehnisi itu pasti sudah tahu jenis-jenis tipe penguncian dari berbagai merek mobil,” kata suami saya dengan bersemangat.

Setelah kami mengantarkan anak-anak ke sekolah, kami mencari bengkel terdekat. Beruntung sekali kami bertemu seorang tehnisi yang baik dan bersedia menolong. Dia hanya memerlukan alat bantu kawat dan melakukannya sama persis seperti yang telah dilakukan oleh sopir jemputan itu. Dan dalam hitungan menit, pintu depan mobil sudah terbuka.

Begitu bahagianya hati kami saat itu. Perasaan ini juga menulari tehnisi itu. Sambil tersenyum tehnisi itu mengobrol bersama kami beberapa saat.

Ada beberapa saran yang diberikannya. Menurutnya jauh lebih baik mencegah kemungkinan anak kunci tertinggal di dalam mobil. Untuk itu ada dua perilaku yang harus dibiasakan oleh saya sebagai pengendara.

Yang pertama adalah membiasakan diri untuk selalu mematikan mesin kendaraan sebagai aktivitas terakhir.

“Matikanlah mesin setelah Ibu membereskan semua barang yang akan dikeluarkan dari mobil,” ujarnya.

“Yang banyak terjadi adalah apabila mesin dimatikan pertama kali kemudian berkemas, maka akan memperbesar kemungkinan lupa mencabut kunci mobil yang masih menggantung. Karena, tangan Ibu sudah penuh dengan barang- barang yang akan Ibu bawa turun,” ujarnya lagi.

Yang kedua adalah membiasakan diri jangan terlalu sering mengunci pintu dengan cara menekan knob pengunci dari dalam, menarik handle lalu membanting pintu. Kebiasaan ini sangat beresiko.

“Biasakanlah mengunci dengan menggunakan remote control, sehingga otomatis Ibu terbiasa membawa anak kunci ke luar mobil.”

“Selain dua hal tersebut diatas, lebih baik lagi jika membuat kunci cadangan yang disimpan didalam dompet,” sarannya.

Pulang sekolah, si Bungsu berteriak, “Ma, Pa, ayo kita bikin kunci cadangan di depan Hero!”

Rupanya pengalaman buruk itu masih membekas dalam ingatannya. Kini, kedua saran tehnisi itu masih saya lakukan dan bersukur semuanya tidak terulang lagi.

Oleh : Giacinta Hanna

Selama ini kita dianjurkan membatasi penggunaan plastik untuk membawa makanan ataupun untuk membungkus sesuatu karena pastik baru bisa terurai selama 500 – 1000 tahun, dan akan menjadi sampah yang harus didaur ulang, agar tidak menggunung.

Kini, sudah ada alternatif pemecahan masalah yaitu menggunakan “Plastik Ramah Lingkungan”. Di Green Festival dijelaskan mengenai hal ini. Plastik ini dianjurkan untuk dipakai karena mudah terurai. Dibuat dari campuran tepung singkong (maizena) dan hanya membutuhkan waktu enam bulan sampai lima tahun agar terurai.

Jadi kita dianjurkan untuk menggunakan plastik ini untuk membuang sampah organik yang akan dibuang ke TPA (Misalnya tulang, makanan basi, kulit buah yang keras, dll).

Yah, semoga permasalahan sampah ini bisa terpecahkan agar lingkungan hidup kita menjadi lebih bersih dan sehat.



www.nidokidos.org
( sent by Nico Wetik. Thank you for your attention)

Oleh : Giacinta Hanna
 h/tanah+retak.jpg”>

Pada mulanya Tuhan menciptakan alam semesta untuk kesejahteraan manusia. Dan diharapkan manusia mampu memelihara ciptaanNya. Menjaga unsur biotik (unsur yang hidup) seperti manusia itu sendiri, tumbuhan, hewan dan unsur abiotik (tidak hidup) yaitu tanah, udara, air, temperatur.

Awalnya semua dalam keadaan baik. Ada saling ketergantungan di dalam ekosistem masing-masing seperti ekosistem hutan, ekosistem pantai, ekosistem danau, dan lain-lain. Interaksi antara manusia dengan lingkungan sekitarnya berjalan seimbang. Rantai makanan berjalan normal karena salah satu konsumen ataupun produsen tidak terganggu kehidupannya. Habitat beserta unsur-unsurnya juga masih baik.

Namun manusia seringkali tergelincir kedalam tindakan yang jauh dari kehendakNya dan lebih mementingkan diri sendiri dan harta duniawi. Akhirnya sumber kekayaan alam yang berlimpah ini mulai rusak akibat segelintir orang yang serakah.

Salah satunya adalah mengeruk sumber kekayaan hutan baik itu berupa pohon keras, binatang, barang tambang didalam tanah maupun perambahan hutan untuk perkebunan. Akhirnya terjadi ketidakseimbangan ekosistem hutan yang berpengaruh bagi kehidupan disekitarnya.

Tanah menjadi tandus dan terpapar. Sebagian tanah tersebut mungkin ditanami dengan tanaman bidudaya baru. Namun tanah itu biasanya hanya mendukung pertumbuhan tanaman hingga beberapa kali panen, kemudian kehabisan zat hara.

Di musim hujan bisa mengakibatkan banjir dan tanah longsor. Tanah tercuci dan larut menuju sungai dan terjadilah pendangkalan sungai. Tanpa akar pohon yang mengikat lapisan tanah, air hujan dengan cepat menghanyutkan massa tanah.

Ketika matahari bersinar terik di tengah musim kemarau, tanah yang telah terkikis dan terpapar akan terpanggang sampai mengeras dan retak-retak sehingga tidak dapat digunakan untuk bertani atau sebagai tempat hidup hewan dan tumbuhan.

Keadaan ini mengakibatkan krisis pangan dan memberikan konsekuensi ekonomi serius pada wilayah yang terkena juga kepada masyarakat karena harus mengimpor bahan makanan pokok yang harganya jauh diatas harga lokal.

Marilah mulai sekarang dengan kerendahan hati kita membuka diri dan introspeksi diri dihadapan Tuhan. Kita berusaha merubah sikap-sikap yang tidak berkenan bagiNya dan memupuk sikap yang positif dan penuh tanggung jawab. Sebelum bertindak sebaiknya kita mempertimbangkan dampaknya bagi kesejahteraan mahluk hidup lainnya dan juga kelestarian alam.

Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.

Uniknya, dikiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop yang berwarni-warni dengan aneka rasa. Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka.

Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil.Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut.  Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak didepannya.

Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop yang ia simpan di dalam tas karungnya.Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis, maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang dilihatnya.

Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. Dia  “Selamat Jalan”. Itulah batas  akhir lembah permen lolipop.

Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar. Lelaki itu bertanya kepada Bob, “Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat.”

Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen lolipop yang terasa berat di dalam tas karungnya. Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu, “Saya lupa makan permennya!”

Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.

“Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali. Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah sangat jauh di depan saya.”

“Kenapa kamu memanggil saya?” tanya Bob..

“Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama..Rasanya lezat sekali. Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!” Bib bercerita panjang lebar kepada Bob.

“Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama.” Bib menambahkan.

Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah. Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu. Tapi pun ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke dalam tas karungnya.

Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu hal dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, “Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan. Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia.”

Ia pun berkata dalam hati, “Waktu tidak bisa diputar kembali.”

Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan
kembali perjalanannya.

Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja. Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup. Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.

Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia? Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut kepada para klien saya, biasanya mereka menjawab, “Saya akan bahagia nanti…

nanti pada waktu saya sudah menikah…
nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri…
nanti pada saat suami saya lebih mencintai saya…
nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya…
nanti pada saat penghasilan sudah sangat besar… ”

Pemikiran ‘nanti’ itu membuat kita bekerja sangat keras di saat sekarang’. Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa ‘nanti’ bahagia.

Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah mengorbankan begitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa ‘nanti’ bahagia. Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah sampai di masa ‘nanti’ bahagia itu.

Ritme hidup yang sangat cepat… target-target tinggi yang harus kita capai, yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu… tetapi semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.

Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita; pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon bonsai di beranda depan, pada saat kita mendengarkan cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam bersama keluarga, pada saat kita duduk bermeditasi atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti sosial tanggap banjir; terasa hidup menjadi lebih indah.

Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran; memelankan ritme makan kita, memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa indah anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak detil kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri. Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata jauh lebih damai dan tenang.

Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.

New Dashboard Design and March Wrap-up « WordPress.com

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!