Di saat aku ingin berangkat sekolah, aku malas untuk sekolah karena aku mengantuk dan aku saat di malam hari aku tidur jam 10.00 malam .Di sekolah aku sedang belajar sesuatu. Di jam terakhir, aku ingin pulang untuk main GO (Game Online) karena pengen lv up-in karakternya.

Setelah akan pulang aku baru ingat kalau aku harus ulangan susulan Matematika. Setelah selesai ulangan susulan Matematika, aku bersiap-siap untuk pulang dan main GO. Saat aku tunggu kakakku bimbel (bimbingan belajar), tiba-tiba kakakku sudah selesai dan ibuku sudah menjemputku. Lalu ibuku menceritakan tentang mobil kami. Kuncinya ada didalam mobil dan mobilnya sudah terkunci. Lalu aku merasa sangat kaget. Lalu aku menunggu di Gipsy dan ibuku menelpon ayahku supaya ia menjemputku.

***
Malam itu, dalam suasana yang masih tegang dan lelah, anak kedua saya menghampiri komputer dan tiba-tiba membuka program Microsoft Word. Ternyata dia ingin mencurahkan semua pengalamannya sepanjang hari itu. Judul dan beberapa baris kalimat diatas itulah hasilnya.

Seperti yang anak saya ceritakan, pengalaman buruk itu baru pernah kami alami dan berakhir dengan kepanikan seluruh anggota keluarga. Anak kunci masih tergantung di-starter-nya dalam keadaan mobil terkunci. Kami bertiga terjebak ditengah derasnya hujan sampai malam dan tidak bisa pulang seperti biasanya karena harus mencari cara dahulu untuk membuka pintu mobil.

Sebelum kejadian itu, saya sempat tertidur setelah melakukan beberapa pekerjaan di rumah dan ketika bangun saya terkejut karena waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 WIB.

“Aduh, saya terlambat menjemput anak-anak,” gumam saya panik.

Dengan tergesa-gesa saya mengambil kunci mobil kemudian mengendarainya dalam kecepatan 70 km/jam di jalan biasa. Hal yang saya pikirkan waktu itu adalah saya harus sampai secepat mungkin. Anak-anak pasti merasa cemas jika saya datang terlambat.

Setelah sampai di sekolah, tanpa sempat berpikir lagi saya tergesa-gesa melakukan kegiatan rutin sebelum beranjak keluar dari mobil. Mencari tempat parkir terdekat, memarkirnya, mematikan musik, mematikan mesin, menekan knop pengunci dari dalam di setiap pintu mobil, mengambil tas serta payung dan terakhir menarik handle kemudian membanting pintu mobil.

Ketika saya beranjak pergi dari mobil, saya tersentak dan merasa ada sesuatu yang tertinggal di dalam mobil. Akhirnya saya kembali dan mendekati jendela kemudian mengintip kedalamnya.

“Oh, anak kunci masih menggantung di starter!” teriak saya seorang diri dengan wajah pucat karena selama ini kunci cadangannyapun telah hilang.

Segera saya temui kedua anak saya yang sudah menanti di ruang tunggu sekolah dan menceritakan semuanya. Mereka sedikit terkejut namun masih bisa menahan diri bahkan mengajak saya ke wartel terdekat untuk memberitahukan kejadian ini kepada ayahnya. Ayahnya menyetujui usul untuk menjemput kami.

Mobil kami tidak menggunakan central lock karena rusak dan belum sempat diperbaiki. Akhirnya kami menguncinya secara manual. Ternyata mengunci secara manual ini banyak kelemahannya. Salah satunya yaitu kunci mobil bisa tertinggal didalam.

Bagi kalangan sopir kejadian seperti ini sudah sering dialami, oleh sebab itu saya memilih mereka yang berada disekitar mobil saya, untuk membantu kesulitan saya.

Hanya dua alat bantu yang mereka butuhkan yaitu kawat yang agak kuat sepanjang +/- 60 cm dan penggaris besi atau plastik sepanjang 50 cm. Penggaris saya beli di toko buku dan kawat saya cari di gudang sekolah.

Setelah kedua benda itu tersedia, salah satu sopir jemputan sekolah menghampiri pintu depan mobil saya. Pertama, dia menciptakan ruang untuk bisa menyentuh kawat-kawat pengunci yang ada di dalam pintu depan (doortrim), dengan membuka karet di tepi-tepi kaca pintu.

Kedua, dimasukkannya penggaris dan kawat yang ujungnya sudah dibengkokkan itu kedalam doortrim kemudian dia “mengutak-atik” kawat di balik doortrim agar bisa terangkat. Ternyata sampai tahap ini dia mengalami kesulitan karena tidak mampu menyentuh kawat-kawat pengunci.

Meskipun terlihat mudah, namun pada praktiknya memang agak sulit. Perlu pengalaman dan pengetahuan yang komprehensif mengenai jenis mobil dan tipe penguncian yang digunakan. Sebab setiap mobil mempunyai karakteristik tersendiri. Usaha yang cukup memakan waktu ini berakhir dengan kegagalan.

Anak-anak mulai kelelahan dan ketika saya angkat kepala, nampak awan mulai berubah warna menjadi kehitaman, kemudian turun hujan yang sangat deras. Kami menggigil kedinginan. Suasana disekitar kamipun sudah sunyi senyap. Saat itu suami saya datang menjemput. Akhirnya kami semua memutuskan untuk meninggalkan mobil ini satu malam di lapangan parkir sekolah.

Meskipun agak khawatir mobil ini raib dicuri orang, namun dalam keadaan terdesak kami semua hanya bisa menitipkannya pada satpam sekolah dan tak lupa kami berdoa bersama agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Keesokan harinya ketika udara segar menyapa, pikiran kami menjadi lebih jernih. Timbullah gagasan untuk meminta tolong tehnisi di bengkel mobil yang biasa melayani sound system.

“Tehnisi itu pasti sudah tahu jenis-jenis tipe penguncian dari berbagai merek mobil,” kata suami saya dengan bersemangat.

Setelah kami mengantarkan anak-anak ke sekolah, kami mencari bengkel terdekat. Beruntung sekali kami bertemu seorang tehnisi yang baik dan bersedia menolong. Dia hanya memerlukan alat bantu kawat dan melakukannya sama persis seperti yang telah dilakukan oleh sopir jemputan itu. Dan dalam hitungan menit, pintu depan mobil sudah terbuka.

Begitu bahagianya hati kami saat itu. Perasaan ini juga menulari tehnisi itu. Sambil tersenyum tehnisi itu mengobrol bersama kami beberapa saat.

Ada beberapa saran yang diberikannya. Menurutnya jauh lebih baik mencegah kemungkinan anak kunci tertinggal di dalam mobil. Untuk itu ada dua perilaku yang harus dibiasakan oleh saya sebagai pengendara.

Yang pertama adalah membiasakan diri untuk selalu mematikan mesin kendaraan sebagai aktivitas terakhir.

“Matikanlah mesin setelah Ibu membereskan semua barang yang akan dikeluarkan dari mobil,” ujarnya.

“Yang banyak terjadi adalah apabila mesin dimatikan pertama kali kemudian berkemas, maka akan memperbesar kemungkinan lupa mencabut kunci mobil yang masih menggantung. Karena, tangan Ibu sudah penuh dengan barang- barang yang akan Ibu bawa turun,” ujarnya lagi.

Yang kedua adalah membiasakan diri jangan terlalu sering mengunci pintu dengan cara menekan knob pengunci dari dalam, menarik handle lalu membanting pintu. Kebiasaan ini sangat beresiko.

“Biasakanlah mengunci dengan menggunakan remote control, sehingga otomatis Ibu terbiasa membawa anak kunci ke luar mobil.”

“Selain dua hal tersebut diatas, lebih baik lagi jika membuat kunci cadangan yang disimpan didalam dompet,” sarannya.

Pulang sekolah, si Bungsu berteriak, “Ma, Pa, ayo kita bikin kunci cadangan di depan Hero!”

Rupanya pengalaman buruk itu masih membekas dalam ingatannya. Kini, kedua saran tehnisi itu masih saya lakukan dan bersukur semuanya tidak terulang lagi.